Untuk waktu yang hampir setahun ini…
Entah, saya tidak tahu pasti sejak
kapan dan mengapa, saya merasa begitu kosong. Gelisah. Sepi, Kesepian yang
mendalam, yang entah pada tingkatan yang mana, telah menyeret saya ke tempat
yang sangat ramai sehingga orang-orang di sekitar bahkan tak mendengar teriakan
paling hebat saya. Saya kesepian, sangat kesepian. Kesepian yang kejam,
kesepian yang seiring waktu justru begitu gaduh dan mengusik saya sepanjang
hari selama hampir 4 ratus ribu menit yang saya lewati hingga saat ini. Mengusik
aktivitas saya, dari pagi hingga pagi lagi. Suara-suara yang selalu ada dalam
kepala saya, “woy fokus!” tidak
pernah lebih kuat pengaruhnya dari segala pikiran-pikiran tentangmu. Tentang
kita. Tentang keadaan kita yang terus mengganjal dan mengganggu saya. Regresi, saya sangat merasakannya.
Kesepian ini benar-benar menyumbangkan banyak stok kerugian bagi saya.
Jadi Kenapa ?
Kenapa saya bisa dengan naifnya
tetap bertahan hingga saat ini untuk kamu ?
Membiarkan sedikit demi sedikit
diri sendiri seakan digerogoti oleh kesabaran yang entah di mana ujungnya,
tanpa punya keberanian untuk protes terhadapmu.
Ya, saya tidak pernah punya cukup
keberanian untuk mengatakan apa yang saya tulis saat ini kepadamu. Tapi inilah
saya, yang sebenar-benarnya saya. Dapatkah kamu mengerti itu dengan mulai
mencoba mengenali saya? Mengenali saya dengan mulai bisa mengimbangi
ketidakberanian saya untuk memulai protes-protes atas bagaimana tingkahmu
terhadap saya? Dapatkah kamu memulai untuk merobek benang-benang keraguan
diantara kita, sebagaimana saya selalu berusaha untuk itu? Sebagaimana saya
selalu mancoba untuk mematahkan dahan-dahan keras di dalam diri saya yang terus
berkata “masa’ harus kamu lagi?”,
mengalahkan gejolak keegoisan nurani perempuan muda yang ada dalam diri saya
dengan memberanikan diri menyapa agar dapat lebih mengenali kamu… dapatkah
kamu?
Karena pada akhirnya yang saya
dapatkan adalah nyali saya yang semakin ciut tentang kamu, entah sampai kapan
kita akan terus seperti ini… kamu seperti orang asing, tidak. Kamu benar-benar asing buat saya, untuk waktu kita yang
seharusnya telah hampir 3 juta detik ini, saya belum mengenalimu…
Saya bahkan baru sadar…
Selama ini, ini, sayalah yang
selalu memanggil namamu lebih dulu. Sayalah yang selalu mencarimu. Saya bahkan
lupa kapan terakhir kali kamu menanyakan kabar tentang saya. Bagaimana mungkin
saya masih terus menunggu kamu hingga saat ini? Sedangkan kamu seakan-akan
sedikitpun tidak punya keinginan untuk mengenali saya….
Ya, hari ini pun saya belum juga tahu,
siapa kamu sebenarnya. Saya tidak kenal kamu.
Jadi kenapa?
Kenapa saya harus terus berharap
kita akan berhenti bertingkah seperti tidak saling kenal? Kenapa saya terus
percaya, bahwa cepat atau lambat saya hanya harus menunggu canggung yang dingin
ini berubah menjadi hangat, seperti apa yang kita inginkan? Ah,saya
bahkan sangat ragu, apakah kita itu
memang benar-benar kita, atau hanyalah
saya yang terus berpikir bodoh mengharapkan kita masih tetap kita yang
ada dalam perspektif saya.
Jadi kenapa? Lupakah kamu bahwa
kamulah yang membawa saya kesini? Harusnya kamu tahu jawabannya, bukan?
Ah,
bahkan jika saya berani menanyakannya kepadamu, saya pun tak cukup yakin
kamu akan menjawabnya…
Saya tidak kenal kamu. Jadi
kenapa saya harus terus bertahan dalam kebodohan ini, untuk orang yang tidak
saya kenal? Siapa kamu sebenarnya?
0 comments